KNEE DISARTICULATION PROSTESIS PATIENT ASSESMENT
MAKALAH KNEE DISARTICULATION PROSTESIS
PATIENT
ASSESMENTDisusun Oleh
MMMA
MAKALAH KNEE DISARTICULATION PROSTESIS
Disusun oleh :
1. .A
2.Y
3. S
ORTOTIK
PROSTETIK
POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji
syukur atas hidayat dan rahmat Allah
SWT, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan
MAKALAH ”KNEE
DISARTICULATION
PATIENT ASSESMENT ”untuk Ortotik Prostetik ini dalam waktu yang
cukup. Sholawat serta salam selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah mengubah zaman, sehingga penuh
dengan ilmu pengetahuan.
Dengan adanya makalah ini, kami dapat berbagi pengetahuan kepada khalayak
umum agar dapat membantu dalam pembelajaran
dan bisa menjawab serta menyelesaikan masalah-masalah, yang khususnya berada
dalam ruang lingkup KNEE DISARTICULATION PATIENT
ASSESMENT .
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
ikut serta dalam membantu menyelesaikan Laporan tersebut, baik secara moril
maupun materil.
Disamping itu, penulis menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan dan kesalahan, besar harapan kami kepada pembaca untuk
memberikan kritik dan saran kepada penulis.
Surakarta,
10 September 2017
Tim Penyusun
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Amputasi
adalah hilangnya sebagian alat gerak yang menyebabkan ketidakmampuan seseorang
untuk melakukan aktivitas dalam derajat yang bervariasi, tergantung dari
bagaimana alat gerak yang hilang, usia, dan penanganan operasi (untuk kasus
kehilangan alat gerak yang disebabkan amputasi). Kehilangan alat gerak tersebut
dapat disebabkan berbagai hal, seperti penyakit, faktor cacat bawaan lahir,
ataupun kecelakaan. Operasi pengangkatan alat gerak pada tubuh manusia ini
disebut dengan amputasi. Menurut Crenshaw, dalam Vitriana (2002)
Prosthetic merupakan Ilmu teknik di bidang
medis yang mempelajari tentang pemeriksaan, pengukuran, pembuatan dan
pengepasan alat pengganti anggota gerak tubuh yang hilang. Sedangkan
prosthesis merupakan suatu alat yang ditambahkan ke ekstremitas untuk
menggantikan anggota gerak tubuh karena amputasi maupun kongenital. Knee
disarticulation prostesis adalah alat pengganti anggota gerak tubuh yang
dipasangkan di luar tubuh, diperuntukkan bagi pasien dengan amputasi knee
disarticulation atau through knee (tepat lutut).
Level amputasi pada Knee Disarticulation juga disebut dengan
amputasi tepat pada lutut. Amputasi ini dilakukan pada garis sendi. Condylus
pada tulang femur digunakan sebagai permukaan weight bearing. Pada knee
disarticulation, residual limb secara umum dapat mentoleransi weight bearing
dan memberikan mekanik tuas yang panjang yang dikontrol oleh otot-otot yang
kuat. Seorang pasien menahan seluruh panjang dari tulang femur dan otot-otot
pada bagian paha cenderung akan lebih kuat karena mereka mengeluarkan pada
kekuatan pada ujung distal daripada di otot bagian tengah.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud
dengan Patient Assesment
2.
Apa yang dimaksud
dengan Subjektif Assesment
3.
Apa yang dimaksud
dengan Objektif Assesment
4.
Bagaimana pemeriksaan
distal end dari stump Knee Disarticulation
C.
Tujuan
1. Untuk
Mengetahui tentang patient assesment Knee
Disarticulation
2.
Untuk Mengetahui
tentang subjektif assesment
3.
Untuk Mengetahui
tentang objektif assesment
4.
Untuk Mengetahui
tentang pemeriksaan distal end dari stump Knee Disarticulation
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
A.
ASESSMENT
Merupakan pengukuran dan penilaian
terhadap pasien dimana yang kita nilai adalah kondisi pasien, baik secara subjektif
maupun objective.
1.
Subjective
Assesment
Tanya jawab dengan pasien atau keluarga;
pada subjective assessment pasien aktif, pemeriksaan meliputi :
• Informasi
pribadi (nama, nama orang tua (jika pasien anak – anak), jenis kelamin,
kebangsaan, alamat, nomor kontak, tinggi dan berat badan, alamat)
• Kondisi
sosial (pendidikan, hobi, pekerjaan, sumber pembiayaan)
• Riwayat
medis masa lalu (sejarah amputasi, penyebab amputasi, kegiatan utama misalnya
duduk / berjalan, keluhan, harapan)
Yang harus dilakukan pada subjective asessment :
a.
Kesehatan Umum
Pasien
b.
Data Pribadi Pasien
c.
Pekerjaan Pasien
d.
Kondisi Tempat
Tinggal
e.
Sebab amputasi
f.
Hobi Pasient
2.
Objective
Assesment
Asessment
yang dilakukan untuk mendapatkan data obyektif yang berhubungan dengan stump.
Yang harus dilakukan dalam objektive asessment :
a.
Periksa
Pandang atau Inspeksi
Melihat
kondisi stump, dengan cara dipandang, seperti melihat bentuk stump, panjang
stump, apakah ada luka dll
b.
Meraba
Stump atau Palpasi
Memeriksa
stump dengan cara meraba stump untuk melihat apakah ada neuroma, jarak distal
peding, bone prominen dll.
Ada bebapa masalah umum dari stump yang harus dicatat dalam pemeriksaan
pasien.
Pemeriksaan
Mengenai Kondisi Umum Stump
a. Abrasions
b.
Boils And Other Skin Infection
c.
Bone Spurs
d.
Discolouration
e.
Oedema
f.
Pressure Point
g.
Scars
h.
Pain
i.
Condition Of The Cut End Of Bones
·
Abrasions
·
boils and other skin
infection
·
bone spurs
·
discolouration
·
oedema
·
pressure point
Scar
Pain
·
condition of the cut end
of bones
1.
Luka Pada Kulit
Apakah ada atau area kulit
mentah yang disebabkan oleh memar, antara prostesis dan kulit biasanya lebih di
bagian tulang stump. Jika ini terjadi ketika prostesis itu, baru di pasang
penyesuaian yang harus dilakukan.
2.
Bisul dan Infeksi Kulit Lainnya
Ini adalah infeksi yang
mungkin terjadi biasanya di sekitar atas rambut. Pasien harus menjalani
perawatan untuk menyingkirkan bisul sebelum prostesis dilakukan. nanah
3.
Tulang Taji
Keadaan setelah amputasi ujung tulang yang tersisa biasanya tumbuh menjadi titik yang tajam disebut
tulang taji. Pertumbuhan tulang dapat ditemukan dengan palpasi, tapi sinar-X
juga diperlukan untuk mengidentifikasi tulang tepat di stump transtibial tulang
taji sering di temukan pada akhir tibula.
4.
Bursa
Adalah kantung berisi
cairan kental yang terletak dibawah kulit dan pada bagian tulang menonjol
seperti lutut. Ketika ada masalah seperti prostesis yang tidak pas, bursa dapat
membengkok. Orang-orang biasanya memiliki bursa atas paralel dan disekitar
tendon lutut. Bursa biasanya melindungi jaringan lunak dari tulang yang
mendasari.
Bursa juga bisa menjadi
infeksi. Karena pasien perlu perawatan
medis atau perubahan prostesis.
5.
Perubahan Warna
Sering kulit yang telah
rusak memiliki warna yang tidak normal. Warna tersebut dapat menunjukkan
masalah berikut :
Tekanan pertama, kulit
memerah. Setelah beberapa minggu, kulit menjadi kering/tebal dan warna gelap
kecoklatan
Memar menyebabkan warna
biru, kuning, hijau atau coklat
Oedema kulit memerah.
Pewarnaan kulit adalah panduan paling berguna untuk menunjukkan daerah
tekanan. Mungkin menunjukkan bahwa tekanan protesis dalam soket harus diubah.
6.
Oedema
Ini adalah kumpulan cairan
dalam jaringan lunak dari stump. Biasanya terjadi setelah amputasi tetapi harus
diperhatikan sebelum protesis dipasang. Itu juga dapat disesbabkan oleh
pengepasan protesis yang kurang.
Oedema harus dikurangi
sebanyak mungkin sebelum pengepasan dilakukan, apabila tidak dikurangi dapat
mengakibatkan kebesaran pada soket.
Untuk mengurangi oedema,
stump dibungkus dengan perban elastis (elastik bandage). Berapa lama pembungkus
dibutuhkan tergantung pada setiap kasus.
7.
Titik Tekan
Ini adalah daerah stump
yang sakit ketika ditekan. Contohnya adalah daerah dimana saraf peroneal
melewati permukaan bawah kepala fibula. Seperti itu biasanya membutuhkan
bantuan dalam soket.
8. Bekas Luka
Ada dua jenis jaringan
bekas luka :
Bekas luka tipis dan mudah
rusak
Bekas luka tebal yang sakit
dan sering “terjepit” pada tulang
Bekas luka tidak meregang dengan mudah, tidak seperti kulit normal dan
jaringan. Itu tidak harus direnggangkan atau digosok, atau mungkin dirobek.
Ketika bekas luka “Terjepit” pada tulang (bekas luka patah) anda mungkin dapat
melonggarkan dengan gerakan dan pijat
8.
Daerah Sensitif
Ini titik-titik saraf pada
stump yang menyebabkan rasa sakit bahkan jika hanya sentuhan ringan. Sering
tekanan konstan dapat di toleransi
9.
Bentuk Stump
Stump mungkin bulat,
silinder atau kerucut. Stump kerucut menyusut sedikit. Stump bulat menyusut
bagian paling distal (yaitu sekitar akhir potongan tulang).
10.
Distal Pedding
Jumlah jaringan yang
mencangkup akhir potongan tulang sangat berbeda. Ketika penutup tipis, penting
untuk ekstra ketika dipasang. Stump dengan cover distal berat harus dilengkapi
dengan jumlah soket kontak untuk mengulangi resiko oedema.
11.
Kondisi jaringan subcutaneous
Stump akan menyusut karena
otot yang tidak bekerja. Otot lembut akan menyusut sangat cepat sedangkan
penyusutan otot akan memakan waktu lebih lama.
12.
Sakit
Mengetahui lokasi disetiap
area yang merasa sakit dengan derajat dan sensasi yang dialami oleh pasien.
Kadang-kadang nyeri dapat dirasakan disatu tempat tapi masalahnya menyebabkan
ditempat yang berbeda. Penting bagi prosthesis untuk mengetahui apakah rasa
sakit disebapkan oleh prosthesis atau oleh kondisi dalam stump.
13.
Patella
Kadang-kadang lutut itu
rusak dan menyakitkan. Juga dapat menyebapkan penyakit (misalnya, karna
arthritis). Ini akan menyebapkan sebuah masalah jika itu mempengaruhi
kemungkinan menahan beban ditendon.
c.
Test
Sensitif / Sensori
Memerikasa
stump dengan bolpoin lancip dan tumpul, apakah pasien bisa membedakannya atau
tidak.
d.
Range Of
Motionl atau Lingkup Gerak Sendi (LGS)
ROM bertujuan untuk mengetahui luas gerak sendi
dari pasien.
ROM secara umum :
·
HIP JOINT :
-
Flexion: 120
-
Extension: 30
-
Abduction: 45
-
Internal Rol: 35
-
External Rol: 45
·
KNEE JOINT:
-
Flexion: 130
-
Extention: 0- 10
·
ANKLE JOINT:
-
Dorsiflaxion: 30
-
Plantarflaxion: 45
-
Inversion: 30
-
Eversion: 15
1)
Hip flexion
Pungukuran LGS :
ü pasien miring di bed.
ü tempatkan axis goniometer di greather
trokhantor.
ü ukur sudut pergerakan hip kearah fleksi.
Normal range of hip flexion 130˚
2)
Hip extension
Pungukuran LGS :
ü pasien tengkurap di bed.
ü tempatkan axis
goniometer di greather trokhantor
ü ukur sudut pergerakan hip ke arah
belakang
Normal range of hip extension 30˚
3)
Abduction
Pengukuran LGS :
ü Pasien
terlentang di Bed
ü tempatkan axis
goniometer di SIAS
ü ukur sudut pergerakan hip ke arah lateral
Normal range of abduction 50o
4)
Adduction
Pengukuran LGS :
ü pasien
terlentang di bed.
ü tempatkan axis
goniometer di SIAS
ü ukur sudut pergerakan hip ke arah medial.
Normal range of adduction 30o
e.
Manual
Muscle Test (MMT)
Kekuatan otot :
0 Zero : Tidak ada tonus otot, tidak ada
gerakan
1 Trace : Ada
tonus, tanpa gerakan
2 Poor : Full
ROM, ada gerakan, tanpa melawan gravitasi
3 Fair : Full
ROM, ada gerakan dengan melawan gravitasi (tanpa tahanan)
4 Good : Full
ROM, ada gerakan melawan gravitasi (tahanan minimal)
5 Normal : Full
ROM, ada gerakan melawan gravitasi (tahanan maksimal)
f.
Special
Test
Pada special test ini kita
akan menggunakan Thomas test yang fungsinya untuk mengecek fleksi hip.
Thomast
Test
Cara yang
dilakukan :
Ø Meminta pasien terlentang di atas meja.
Ø Punggung flat (menempal pada meja)
Ø Pada kaki yang normal di fleksikan full dengan
bantuan tangan.
Ø jika amputee foot lurus/menempel pada meja,
berarti stump normal (tidak terjadi kontraktur fleksi).
Ø jika
amputee foot tidak bisa menempel pada meja, berarti terjadi kontraktur fleksi.
Ø Beberapa
pasien yang mempunyai fleksi contracture akan berusaha untuk tetap menjaga
stump berada di atas meja, tetapi mereka tidak bisa menjaga punggung tetap rata
.sehingga tampak lengkungan pada bagian punggung.
•
Hal ini kadang-kadang berguna untuk melengkapi
informasi pada lembar catatan dengan foto, gambar spesial atau sinar-X
B.
PEMERIKSAAN
PADA DISTAL END
1. Memeriksa
kulit. Apakah kulit sehat dan kuat?
2. Memeriksa
scar. Apakah parah atau tidak?
3. Palpasi
intercondyloid fossa. Apakah skin be
stretch into the groove. Apakah sakit ? ini akan memberitahu jika socket dapat
dicetak ke dalam groove atau tidak.
4. Tekan
dengan kuat pada distal end dan lihat apakah pasien merasakan sakit. Tanyakan
ke pasien apakah penumpuan sudah berada pada distal end of stump. Cek semua
bony prominen meliputi edges of the medial dan lateral epiconyles dan adductor
tubercle. Dapatkah distal end menumpu atau ischial weigh bearing di butuhkan.
5. Cek
patella apakah masih berfungsi atau tidak, apakah geraknya bebas? Periksa dan catat jumlah pergerakan
yang dibutuhkan pada socket untuk membuat patella nyaman.
6. Cek di
supracondylar area apakah di area ini bisa mentolerir tekanan untuk suspensi supracondylar
?
Catat tonjolan pada struktur tulang.
7. Circumference dan diameter diukur dari 5 cm diatas bulbous
end . Apakah dilevel ini sama dengan pengukuran di bulbous end?. Ini biasa membantumu untuk menentukan tipe dari desain socket
untuk bulbous end dengan mudah.
BAB III PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Asessment
Merupakan pengukuran dan penilaian
terhadap pasien dimana yang kita nilai adalah kondisi pasien, baik secara subjektif
maupun objective.
Yang
harus dilakukan pada subjective asessment :Kesehatan
Umum Pasien, Data Pribadi Pasien, Pekerjaan Pasien, Kondisi Tempat Tinggal,
Sebab amputasi, Hobi Pasien.
Yang harus dilakukan pada objektive
asessment : Periksa Pandang atau
Inspeksi, Stump atau Palpasi, Test Sensitif / Sensori, Range Of
Motion, Manual Muscle Test (MMT), Thomast Test.
B.
SARAN
Ketika pembuatan makalah ini kami
menyadari bahwa banyak kekurangan dan kesalahan yang terdapat pada makalah ini,
oleh sebab itu kami memohon saran yang sifatnya membangun untuk dapat lebih
baik di kedepannya nanti.
DAFTAR PUSTAKA
MODULKNEEDISARTICULATIOPROSTHETICS.2013.politeknik kesehatan Surakarta
HERISUTANTO,S.Tr.OP.2016.MODULKNEEDISARTICULATIOPROSTHETICS.Politeknik kesehatan Surakarta
Agussetyanugraha. 2016.modul transfemoral prostesis..Politeknik kesehatan Surakarta
Ripatti, M.
2010; Cambodian School of Prosthetic and Orthotic, Knee Disarticulation.
Ripatti, M. 2010; Transfemoral Prosthesis; Phnom Penh,Cambodian. Prothetics,
Calmette Hospital
Monivong Boulevard; Pnom.
Ripatti,
Marrku , 2009. Transtibial Prosthetic Course Manual;
edisi 1, Jakarta
School
Prosthetic Ortothic, Jakarta.


Komentar
Posting Komentar